Kamis, 16 Agustus 2012

Bulan Sya'ban dan keutamaanya

(kitab Al-Ghunayah li Thalibi Thariq al-Haqq fi al-Akhlaq wa at-Tashawwuf wa al-Adab al-Islamiyah, buah karya Sulthonul Awliya Syeikh Abdul Qadir al Jailani )

Dari Aisyah , istri Nabi , dia bercerita :
“Rasulullah pernah berpuasa sehingga kami katakan beliau tidak berbuka dan beliau berbuka sehingga kami katakan beliau tidak berpuasa dan aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau berpuasa dalam suatu bulan yang lebih banyak dibanding pada bulan Sya’ban.”
Wahai Rasulullah , mengapa engkau berpuasa pada bulan Sya’ban ?” beliau menjawab, “Wahai Aisyah, Sya’ban adalah bulan ketika malaikat maut menandai nama orang yang dicabut nyawanya pada waktu yang tersisa ditahun itu dan aku ingin namaku ditandai saat aku dalam keadaan puasa.”

Dari Ummu Salamah , dia bercerita :
“Rasulullah tidak berpuasa pada suatu bulan setelah Ramadhan yang lebih banyak dari puasanya pada bulan Sya’ban.”

Dari Anas bin Malik , dia bercerita :
“Nabi pernah ditanya tentang keutamaan puasa, maka beliau menjawab, “Puasa Sya’ban sebagai pengagungan bagi bulan Ramadhan.”
“Keutamaan bulan Rajab atas semua bulan adalah keutamaan Al-Qur’an atas semua ucapan dan keutamaan bulan Sya’ban atas semua bulan seperti keutamaanku atas semua Nabi dan keutamaan bulan Ramadhan atas semua bulan adalah seperti keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya.”
Dinamai Sya’ban karena ia mengumpulkan bagi bulan Ramadhan kebaikan yang sangat banyak, dan dinamai Ramadhan, karena ia menghanguskan dosa-dosa.
Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi : beliau bersabda, “Sya’ban adalah bulanku, Rajab adalah bulan Allah dan Ramadhan bulan umatku. Sya’ban adalah penghapus (dosa) sedangkan Ramadhan sebagai penyuci.”
Beliau juga bersabda,”Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan, banyak orang-orang yang melupakannya. Pada bulan itu amal perbuatan manusia diangkat menghadap Tuhan semesta alam dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa.”

Kata Sya’ban terdiri dari lima huruf : syin yang berarti asy-syaraf (kemuliaan), ‘ain yang berarti al-‘uluww (tinggi), ba’ yang berarti al-birr (kebajikan), alif yang berarti al-ulfah (kelembutan) dan nun yang berarti an-nur (cahaya). Hal itu merupakan karunia yang diberikan Allah kepada seluruh hamba-Nya. Sya’ban merupakan bulan yang didalamnya semua pintu kebaikan terbuka, berbagai berkah turun, berbagai kesalahan diabaikan dan berbagai kejahatan dihapuskan. Pada bulan itu juga diperbanyak shalawat kepada Nabi . Karena ia merupakan bulan Nabi .

Dari Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah , pernah bertanya kepadanya, “Wahai Aisyah, malam apa ini?” Aisyah menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau berkata, “Malam pertengahan Sya’ban. Pada saat itu pula Allah memberi perlindungan dari api neraka. Apakah kamu mengizinkanku pada malam ini ?” “ya,” jawab Aisyah. Maka beliau mengerjakan shalat dengan membaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Qur’an lainnya yang ringan. Lalu bersujud sampai pertengahan malam. Kemudian beliau bangun untuk rakaat kedua dan membaca seperti rakaat pertama, kemudian bersujud sampai waktu shubuh. ‘Aisyah berkata, “Melihat hal itu, aku menyangka Allah telah mencabut nyawa beliau. Setelah beberapa lama aku mendekat, lalu aku menyentuh kedua kakinya yang kempis. Beliau bergerak dan aku mendengar beliau mengucapkan dalam sujud, “Aku berlindung pada ampunan-Mu dari siksa-Mu, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari murka-Mu, aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu. Pujian-Mu sangat Agung, aku tidak dapat menghitung pujian atas diri-Mu, Engkau seperti Engkau memuji diri-Mu sendiri.” Kutanyakan, “Wahai Rasulullah, aku telah mendengar engkau mengucapkan sesuatu dalam sujudmu malam ini yang belum pernah aku dengar sebelumnya.” Rasulullah . Bertanya, “apakah kamu mengetahuinya ?” “Ya, “Jawab Aisyah. Rasulullah bersabda, “Pelajari dan ajarkan do’a itu, karena sesungguhnya Jibril telah menyuruhku untuk mengucapkannya dalam sujudku.”
Dari Aisyah dia bercerita : pada suatu malam aku pernah kehilangan Rasulullah , lalu aku keluar rumah dan ternyata beliau berada di Baqi’ sedang mengadahkan kepada ke langit, lalu beliau berkata kepadaku, “Apakah kamu khawatir jika Allah akan menganiayamu sedang Rasul-Nya ada dihadapanmu ?” aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku kira engkau mengunjungi istrimu yang lain.” Maka Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya’ban, lalu memberi ampunan kepada orang yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah bulu biri-biri.”

Dari Ikrimah, budak Ibn ‘Abbas, mengenai firman Allah , pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, Ibn ‘Abbas berkata, “Yaitu malam pertengahan Sya’ban. Pada saat itu Allah mengurus segala urusan untuk waktu satu tahun, menandai nama-nama yang akan mati dan menulis nama-nama yang akan berangkat ibadah haji ke Baitullah. Dia tidak menambahkan kepada seorang pun dari mereka dan tidak pula menguranginya.”

Abu Nashr memberitahuku, dari Malik bin Anas, dari Hisyam bin Urwah, dari Aisyah , dia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Allah mengalirkan kebaikan pada empat malam, yaitu : malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertengahan (nisfu) Sya’ban, pada malam itu Allah menandai ajal dan rezeki serta menetapkan orang yang akan berangkat haji dan malam Arafah sampai waktu azan.”

Sa’id menceritakan, Ibrahim bin Abi Najih berkata, “Ada lima dan yang kelima adalah malam Jum’at.”
Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda, “Jibril pernah mendatangiku pada malam pertengahan (nisfu) Sya’ban dan dia berkata kepadaku, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu ke langit.” Kemudian aku bertanya, “malam apakah ini ?” Jibril menjawab, “Pada malam ini Allah membuka tiga ratus pintu rahmat, Dia memberi ampunan kepada siapa saja yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, kecuali tukang sihir, dukun, pecandu khamar atu orang yang selalu mengulang-ulang berbuat riba dan zina. Mereka tidak diberi ampunan oleh-Nya hingga mereka bertobat.”
Setelah seperempat malam, Jibril turun dan berkata, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu.”
Maka beliau mengangkat kepalanya dan ternyata pintu-pintu syurga sudah terbuka dan diatas pintu pertama ada malaikat berseru, “Beruntunglah orang-orang yang berdzikir pada malam ini.” Pada pintu kedua ada malaikat yang berseru, “Beruntunglah orang-orang yang bersujud pada malam ini.” Pada pintu ketiga ada malaikat yang berseru, “Beruntunglah orang-orang yang berdoa pada malam ini.” Sedangkan pada pintu keempat ada malaikat yang berseru, “Beruntunglah orang-orang yang manangis karena takut kepada Allah pada malam ini.” Dan pada pintu keenam ada malaikat berseru, “Beruntunglah kaum Muslim pada malam ini.” Pada pintu ketujuh ada malaikat berseru, “Adakah orang yang meminta, pasti akan diberi.” Dan pada pintu kedelapan ada malaikat berseru, “Siapapun yang bertobat, niscaya dia akan diberi ampunan.”
Lalu aku bertanya, “Wahai Jibril , sampai kapan pintu-pintu ini akan terbuka ?” Jibri menjawab, “Sampai terbit fajar dari sejak permulaan malam.” Kemudian Jibri berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya pada malam ini Allah akan membebaskan manusia dari neraka sebayak bulu biri-biri.”

Ada yang berpendapat bahwa malam itu disebut malam bara’ah (pembebasan), karena pada malam itu ada dua pembebasan. Pertama, pembebasan orang-orang yang sengsara dari Allah , Tuhan Yang Maha Penyayang; kedua, pembebasan para wali dari orang-orang yang hina dina.
Telah diriwayatkan dari Rasulullah , beliau bersabda, “Pada malam nishfu Sya’ban, Allah melongok sekali longokan. Lalu Dia mengampuni orang-orang yang beriman, mengabaikan orang-orang kafir dan membiarkan orang-orang yang dengki dengan kedengkian mereka, sampai mereka meninggalkan kedengkiannya.”

Ada yang mengatakan bahwa para malaikat mempunyai dua malam raya di langit, sebagaimana kaum Muslim mempunyai hari raya di bumi. Malam raya para malaikat adalam malam bara’ah dan malam Lailatul Qadar. Sedangkan hari raya orang-orang yang beriman adalah hari Idul Fitri dan Idul Adha. Hari raya para malaikat berlangsung pada malam hari karena mereka tidak tidur, sedangkan hari raya orang-orang Mukmin berlangsung pada siang hari karena mereka tidur di malam hari.

Ada yang mengatakan, hikmah ditampakannya malam bara’ah dan malam Lailatul Qadar disembunyikan adalah karena malam Lailatul Qadar merupakan malam penuh rahmat, pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Malam itu disembunyikan Allah agar mereka tidak membicarakannya. Dan Allah memperlihatkan malam bara’ah, karena malam itu merupakan malam pemberian keputusan. Malam itu merupakan malam kemurkaan dan keridhaan, malam pengabulan dan penolakan, malam kebahagiaan dan kesengsaraan, malam kemuliaan dan kehinaan. Pada malam itu ada orang yang bahagia dan ada pula yang sengsara, ada yang dimuliakan ada pula yang dihinakan. Berapa banyak kain kafan yang dicuci sedang pemakainya masih terus sibuk di pasar. Berapa banyak kuburan yang sudah digali sedang pemiliknya masih terus tertawa padahal mereka sudah dekat dengan kebinasaan. Berapa banyak orang yang berharap syurga tetapi yang tampak padanya adalah petunjuk ke nereka. Berapa banyak orang yang mengharapkan pemberian tetapi memperoleh musibah. Dan berapa banyak orang yang mengharapkan kekuasaan, tetapi justru dia mendapatkan kebinasaan.


Dari sebagian kitab Durratun Nasihin hasil karya dari Syeikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyyi 

“Sesungguhnya Allah telah menciptakan laut dari sinar dibawah Arasy, kemudian menciptakan satu malaikat yang mempunyai dua sayap, satu sayapnya ditimur dan sayapnya yang lain dibarat, sedang kepalanya dibawah Arasy dan dua kakinya dibawah bumi yang ketujuh. Apabila seorang hamba membaca shalawat untuk saya dibulan Sya’ban, maka Allah menyuruh malaikat itu agar menyelam di air hidup. Malaikat itupun menyelam, kemudian keluar dari dalam air serta mengkibaskan sayapnya sehingga berteteslah dari bulunya, tetesan yang banyak sekali. Maka Allah menciptakan dari tiap-tiap tetes air itu akan satu malaikat yang memohonkan ampunan baginya (orang yang membaca shalawat) sampai hari Qiyamat.” ( Zubdatul Waa’izdiina )

Sabda Nabi : “Tahukah kamu sekalian, mengapa dinamakan bulan Sya’ban ? mereka menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui, beliau bersabda, “Karena didalam bulan ini bercabanglah kebaikan yang banyak sekali ( Raudhatul ‘Ulama )

Diriwayatkan dari Imam Muslim dari Abu Hurairah : Nabi bersabda :
“Allah telah menjadikan kasih sayang-Nya seratus bagian; maka Allah menahan disisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan yang satu bagian dikirimkan ke bumi. Maka dari sebab yang satu bagian itu, semua makhluk menjadi berkasih kasihan; sehingga binatang mangangkat kukunya / kakinya dari anaknya karena takut anaknya terkena musibah.”
“Dan Allah mengakhirkan / menyisihkan sembilan puluh sembilan yang dengan itu Allah berbelas kasihan kepada para hamba-Nya dihari Qiyamat.”

Oleh karena itu diterangkan : “Bulan Rajab kesempatan membersihkan badan, bulan Sya’ban kesempatan membersihkan hati dan bulan Ramadhan kesempatan mensucikan jiwa.
Maka sesungguhnya orang yang membersihkan badannya dibulan Rajab, seharusnya dia membersihkan hatinya dibulan Sya’ban dan barang siapa yang membersihkan hatinya dibulan Sya’ban juga seharusnya membersihkan jiwanya dibulan Ramadhan. Maka kalau tidak membersihkan badanya dibulan Rajab dan tidak membersihkan hatinya dibulan Sya’ban kemudian kapan / bagaimana dia bisa membersihkan jiwa dibulan Ramadhan ?
Oleh karena itu sementara Hukama berkata, “Sungguh bulan Rajab itu kesempatan untuk mohon ampunan dari segala dosa, bulan Sya’ban kesempatan untuk memperbaiki hati dari segala macam cela dan bulan Ramadhan untuk menerangkan haati / membersihkan hati / jiwa Lailatul Qadar untuk mendekatkan diri kepada Allah .” ( Zubdatul Waa’izdiina )

Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda :
“Barangsiapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya’ban dan tiga hari dipertengahan bulan Sya’ban serta tiga hari diakhir bulan Sya’ban maka Allah mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi dan seperti orang yang beribadah kepada Allah selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati ditahun itu maka dia sebagai orang yang mati syahid.”
“Barangsiapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertaqwa kepada Allah dan bertaat kepada-Nya serta menahan diri dari perbuatan maksiyat / durhaka, maka Allah mengampuni semua dosanya dan menyelamatkan didalam satu tahun itu dari segalam macam bencana dan dari bermacam-macam penyakit”. ( Zubdatul Waa’izdiina )

Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az Zaahidiy bahwa dia berkata : “Kawan saya Abu Hafshin Al-Kabiir telah meninggal dunia, maka saya juga menshalati jenazahnya dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud akan menengok kuburnya, ketika saya tidur dimalam hari saya bermimpi melihatnya dia sudah berubah mukanya menjadi pucat, maka saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya. Kemudian saya berkata / bertanya kepadanya, “Subhaanallah / Maha Suci Allah, mengapa engkau tidak membalas salam saya ?” dia menjawab, “membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah.” Kata saya, “Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dahulu berwajah bagus ?
Dia menjawab, “ketika saya dibaringkan didalam kubur, telah datang satu malaikat dan duduk disebelah kepala saya seraya berkata, “Hai situa yang jahat, dan dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat bahkan diapun memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar”. Kuburpun berkata kepada saya, “Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku ?”, kemudian kuburpun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi tulangkupun menjadi terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama bulan Sya’ban”, waktu itu ada suara mengundang dari atas saya, “Hai Malaikat, angkatlah batang kayumu dan siksamu dari padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidupkan / mengagungkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari dibulan Sya’ban. Maka Allah menghapuskan siksa dari padaku dengan sebab aku memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan juga dengan berpuasa satu hari dibulan Sya’ban; kemudian Allah memberi kegembiraan kepada saya dengan syurga dan kasih sayang-Nya.”

Oleh sebab itu Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang menghidupkan malam dua hari raya ( Idul Fitri dan Idul Adha ) dan malam pertengahan dari bulan Sya’ban, maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati sama mati”.

Diriwayatkan dari Athaa-I bin Yasaari , bahwa dia berkata : “Tidak ada satu malam sesudah malam Qadar ( Lailatul Qadar ) yang lebih utama kecuali dari malam setengah bulan Sya’ban”.

Diriwayatkan dari Aly , bahwa beliau bersabda :
“Apabila telah datang malam setengah Sya’ban ( 15 Sya’ban ) maka berdirilah kamu sekalian pada malamnya (dirikanlah shalat) dan berpuasalah pada siang harinya, karena pada malam itu Allah turun kelangit dunia ketika matahari tenggelam seraya berfirman : “Apakah ada orang yang meminta, maka akan Aku beri permintaannya, apakah ada orang yang minta ampunan, maka akan Aku ampuni dan apa ada orang yang minta rizqi, maka Aku beri rizki ?” sehingga terbit fajar”.
Dari Abdullah bin Mas’uud dari Nabi , bahwa beliau bersabda :
“Barangsiapa mengerjakan shalat seratus raka’at dimalam pertengahan bulan Sya’ban dan tiap-tiap raka’at dia membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas lima kali, maka Allah menurunkan / mengirimkan lima ratus ribu malaikat yang tiap-tiap malaikat membawa satu daftar catatan dari nur serta mereka menulis pahal orang itu sampai hari Qiyamat.

Diriwayatkan dari Abi Nashrin bin Sa’iid dari Nabi bersabda :
“Tatkala malam tiga belas bulan Sya’ban maka datanglah Malaikat Jibril kepada saya, lalu berkata “Hai Muhammad, bangunlah ( kerjakanlah shalat ), sungguh telah datang waktu tahajjud, agar engkau bisa minta apa yang engkau kehendaki untuk umatmu”. Maka beliau mengerjakannya.
Jibril datang kepada Nabi pula ketika waktu subuh mulai memancar seraya berkata : “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah memberikan kepadamu sepertiga umatmu”. Maka beliau menangis seraya berkata, “Hai Jibril, beritahukanlah kepada saya dua pertiga umatku yang lain”. Kata Jibril “Saya tidak tahu”.malaikat Jibril pun datang kepada beliau pada malam yang kedua dan berkata, “Hai Muhammad bangunlah dan tahajjudlah !” beliaupun mengerjakannya.
Kemudian malaikat Jibril mendatangi beliau pula ketika fajar dan berkata, “Hai Muhammad, sungguh Allah telah memberi kepadamu dua pertiga umatmu”.
Maka beliau menangis dan berkata, “Wahai Jibril, beritahukanlah kepadaku umatku yang sepertiga lainnya !’ kata malaikat Jibril “Saya tidak tahu”
Kemudian malaikat Jibril mendatangi Nabi pada malam “Bara’ah” dan berkata, “Hai Muhammad, kabar gembira untukmu, bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan kepadamu semua umatmu dari orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu”.
Lalu malaikat Jibril berkata, “Hai Muhammad, angkatlah kepalamu ke langit / keatas serta lihatlah apa yang engkau lihat ?”
Maka Nabi melihat keatas dan beliau lihat pintu-pintu langit terbuka, sedang para malaikat dari langit dunia sampai ke Arasy dalam keadaan sujud serta memohonkan ampunan untuk umat Muhammad dan tiap-tiap pintu langit ada satu malaikat.
Maka pada pintu pertama terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang ruku pada malam ini”.
Dipintu kedua terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang sujud dimalam ini”.
Dipintu ketiga terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang berdzikir pada malam ini”.
Dipintu keempat terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang berdo’a kepada Tuhan-Nya pada malam ini”.
Dipintu kelima terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang menangis karena takut kepada Allah pada malam ini”.
Dipintu keenam terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang berbuat baik pada malam ini”.
Dipintu ketujuh terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang membaca Al-Qur’an pada malam ini”.
Kemudian malaikat itu berseru, “Apakah ada orang yang minta, maka akan diberi permintaannya ?” apakah ada orang yang berdo’a, maka akan dikabulkan do’anya ?” apakah ada orang yang bertobat, maka akan diberikan tobat kepadanya ?” apakah ada orang yang minta ampunan, maka dia akan diampuni ?”

Dari siti Aisyah bahwa dia berkata, “semula saya tidur bersama Nabi , maka ketika saya terbangun, saya tidak mendapatkan Nabi , lalu saya menjadi bimbing dan saya kira beliau pulang ke salah satu isterinya pada waktu giliran saya. Lalu sayapun mencari beliau di rumah-rumah mereka dan tidak saya jumpai. Kemudian saya pergi ketempat Fathimah dan saya ketok pintunya, maka ada tegoran, “Siapa dipintu ?” jawab saya, “Saya Aisyah, saya datang kemari pada saat ini untuk mencari Nabi”. Maka keluarlah Aly, Hasan, Husein dan Fathimah radhiyallahu anhum ajma’iina.
Kata saya, “Dimana kita mencari Nabi ?” mereka menjawab, “Kita mencari beliau di mesjid-mesjid”.
Kami semuapun mencari beliau dan tidak kami dapatkan, kata Aly, “Mestinya Nabi hanyalah pergi ke Baqii’il Gharqadi (nama tempat disitu banyak pohon-pohon indah) .
Maka kami sekalian pergi ketempat rekreasi ( tempat yang mengembirakan ) dan pada waktu itu ada sinar memancar dari kuburan. Kata Aly , “Cahaya itu tidak lain kecuali Nur Nabi .
Kamipun datang mendekati dan kami dapatkan beliau sedang sujud sambil menangis dan tidak seorangpun yang merasa sama sekali, dan beliau bertekun tunduk seraya berucap dalam sujudnya
“Apabila Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu para hamba-Mu; dan apabila Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau itu Maha Mulia lagi Maha Bijaksana”.
Ketika Fathimah mengetahui beliau, maka dia berhenti didekat kepala beliau serta mengangkat wajah beliau dari tanah dan berkata, “Wahai ayah, apakah gerangan yang menimpa engkau; apakah ada musuh datang atau ada wahyu yang turun ?”
Beliau menjawab, “Hai Fathimah, tidak ada musuh datang dan tidak ada wahyu turun, akan tetapi pada malam ini adalah malam “Bara’ah” saya memohon kepada Allah ”.
Dan beliau berkata pula, “Hai Aisyah, kalau sekiranya hari Qiyamat telah datang, maka saya sedang bersujud dan saya bermohon kepada Allah serta mohon pertolongan”.
Kemudian Rasulullah saw bersabda : “Apabila kamu sekalian menghendaki keridhaanku, maka sujudlah kamu sekalian dan tolonglah aku dengan berdo’a dan merendah diri kepada Allah ”.
Beliau bersabda, “Hai Aly sujudlah engkau dan carilah orang lain, hai Fathimah dan Aisyah sujudlah kamu keduanya dan carilah anak-anak serta orang-orang perempuan lain”.
Maka merekapun bersujud serta menangis sehingga terbit fajar.

Hari para ahli taat, kamu sekalian lebih utama bertekun dan tunduk, karena dosamu lebih banyak; sesungguhnya mereka itu menangis untuk kepentinganmu, maka kamu lebih utama menangis untuk dirimu sendiri”. ( Raudhatul Ulama )

Diceritakan bahwa Nabi Isa berjalan-jalan; maka melihat gunung yang tinggi lalu dia pergi kegunung itu. Maka ketika itu ia berada disebuah batu besar lebih putih dari pada susu dipuncak gunung itu. Kemudian dia mengelilingi batu itu dan mengagumi keindahannya. Maka Allah memberi wahyu kepadanya, “Hai Isa, apakah engkau suka Aku tunjukan yang lebih indah lagi mengagumkan dari pada ini ?”
Nabi Isa menjawab, “Iya suka”
Maka batu besar itu pecah dan ketika itu ada seorang tua didalamnya yang mengenakan jubah bukaan muka dari rambut / bulu, dihadapannya terdapat sebatang tongkat sedang ditangannya memegang sebuah anggur dan dia sedang berdiri mengerjakan shalat.
Nabi Isa menjadi kagum seraya berkata, “Wahai Syaikh, apakah yang saya lihat ini ?”
Syaikh itu menjawab, “ini adalah rizki saya setiap hari”.
Kata Nabi Isa , “Semenjak berapa tahun engkau beribadah disini ?”
Kata orang tua itu, “Semenjak empat ratus tahun”.
Kata Nabi Isa , “Wahai Tuhanku, adakah Engkau telah menciptakan yang lebih utama dari pada orang tua ini ?”
Maka Allah memberi wahyu kepadanya, “Kalau seandainya umat Muhammad menjumpai bulan Sya’ban lalu dia mengerjakan shalat Bara’ah pada malam pertengahannya, niscaya shalat itu lebih utama dari pada ibadahnya hamba-Ku ini selama empat ratus tahun”.
Kata Nabi Isa , “Alangkah bahagianya seandainya saya termasuk umat Muhammad ”
Read more »

Tingkatan dan Kedudukan Para Waliyullah


Menurut Syekhul Akbar Muhyiddin ibnu 'Arabi dalam kitab Al-Futuhat Al-Makkiyah, jumlah mereka sangat banyak, ada yg terbatas dan yg tidak terbatas, sedikitnya ada 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai brikut ;

1. Wali Quthub Al Aqthab atau Al - Ghauts. wali yg sempurna, ia memimpin dan menguasai wali diseluruh dunia, jumlahnya satu orang setiap masa, jika wali ini wafat maka wali yg lainnya yg menggantikannya.

2. Wali Aimmah, pembantu wali kutub. posisi mereka menggantikn wali quthub jika wafat. jumlahnya dua orang, dalam setiap masa . seorang bergelar "ABDUR ROBBI", Bertugas menyaksikan alam Malakut, yg lainnya bergelar "ABDUL MALIK", Bertugas menyaksikan alam malaikat,

3. Wali Autad,
jumlahnya Empat orang berada di empat wilayah penjuru mata angin yg masing2 menguasai wilayahnya, pusat wilayah berada di ka'bah, kadang dalam wali autad terdapat wanita yg jadi wali, mereka bergelar "ABDUL HAYYI, ABDUL ALIM, ABDUL QADIR, DAN ABDUL MURID.

4. Wali Abdal.
Abdal berarti Pengganti. dinamakan abdal karena jika meninggalkan disuatu tempat maka mereka menunjuk penggantinya. jumlah mereka sebanyak 7 orang yg menguasai ke 7 iklim.

5. Wali Nuqabaa'.
Jumlah mereka 12 orang dalam setiap masa, Alloh memahamkan mereka tenteng hukum syareat. dengan demikian akn menyadari terhadap tipuan hawa nafsu dan iblis. jika wali Nuqobaa melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah mereka tahu apakah jejak orang alim atau orang bodoh, baik atau orang jahat,

6. Wali Nujabaa.
jumlah mereka 8 orang dlm tiap masa.

7. Wali Hawariyyun
yg artinya membela, Ia adalah orang yg membela Agama Alloh, baik dengan argumen maupum senjata. pada zaman Nabi Muhammad sebagai wali hawari adalah zubair ibnu Awam. Alloh menganugrahkan kepada mereka ilmu pengetahuan keberanian, ketekunan dalam beribadah.

8. Wali Rajabiyyun,
Dinamakn demikian karena karomahnya muncul selalu dlm bulan Rajab, jumlah mereka sebanyak 40 orang , terdapat di berbagai Negara dan antara mereka saling mengenal, Wali rojabiyyun dapat mengetahui batin seseorang wali ini setiap awal bulan rajab badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit,mereka berbaring di ats ranjang dgn tubuh kaku tdk bergerak. dll..

9. Wali Khatam
berarti penutup, jumlahnya hanya 1orang setiap masa. wali khatam bertugas menguasai dan mengurusi wilayah kekuasaan ummat Nabi MUHAMMAD SAW,

sementara yg disepakati para sufi ada 6, yaitu ; wali ummahat, Aqthab, A'immah, Autad, Abdal, Nuqabaa, dan Nujabaa.

wa Allohu 'A'lam.
Read more »

Sabtu, 04 Agustus 2012

Membaca Shalawat Untuk Nabi



Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.

Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.
Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.
Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.
Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.
Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)
Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:
وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال – وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا فِيْ النزهَةِ
Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.
Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).
Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.
Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)
KH Munawwir Abdul Fattah
Pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakarta

sumber: klik
Read more »

Hukum Tahlilan


Doa pada 7 atau 40 Hari Setelah Kematian atau biasa kita kenal tahlilan

Sudah menjadi tradisi orang NU, kalau ada keluarga yang meninggal, malam harinya ada tamu-tamu yang bersilaturrahim, baik tetangga dekat maupun jauh. Mereka ikut belasungkawa atas segala yang menimpa, sambil mendoakan untuk yang meninggal maupun yang ditinggalkan.

Selain bersiap menerima tamu, sanak keluarga, handai tolan, dan keluarga dekat, pada hari kedua sampai ketujuh, mereka akan mengadakan bacaan tahlil dan do’a yang dikirimkan kepada yang sudah meninggal dunia. Soal ada makanan atau tidak, bukan hal penting, tapi pemanfaatan pertemuan majelis silaturrahim itu akan terasa lebih berguna jika diisi dengan dzikir.
Sayang, bagi orang-orang awam yang kebetulan dari keluarga miskin, mereka memandang sajian makanan sebagai keharusan untuk disajikan kepada para tamu, padahal substansinya sebenarnya adalah bacaan tahlil dan do’a adalah untuk menambah bekal bagi si mayit.
Kemudian, peringatan demi peringatan itu menjadi tradisi yang seakan diharuskan, terutama setelah mencapai 40 hari, 100 hari, setahun (haul), dan 1000 hari. Semua itu berangkat dari keinginan untuk menghibur pada keluarga yang di tinggalkan sekaligus ingin mengambil iktibar bahwa kita juga akan menyusul (mati) di kemudian hari.
Dalil yang dapat dibuat pegangan dalam masalah ini adalah:
قَالَ طَاوُسَ: إنَّ الْمَوْتَى يُفْتِنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تَلْكَ اْلأيّاَمِ إلَى أنْ قَالَ عَنْ عُبَيْدِ ابْنِ عُمَيْرِ قَالَ: يُفْتِنُ رَجُلانِ مُؤمِنٌ وَمُنَافِقٌ فَأمَّا الْمُؤمِنُ فَيُفْتِنُ سَبْعًا وَأمَّا الْمُناَفِقُ فَيُفْتِنُ أرْبَعِيْنَ صَبَاحًا
Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan beroleh ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sahabat Ubaid ibn Umair berkata: “Seorang mukmin dan seorang munafiq sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mukmin akan beroleh ujian selam 7 hari, sedang seorang munafiq selama 40 hari di waktu pagi.” (Al Hawi lil Fatawa as Suyuti, Juz II hal 178)
Jika suatu amaliyah atau ibadah sudah menjadi keputusan atau atsar atau amal sahabat (dalam hal ini Tاawus) maka hukumnya sama dengan hadits mursal yang sanadnya sampai kepada Tabi’in, dan dikatagorikan shahih dan telah dijadikan hujjah mutlak (tanpa syarat). Ini menurut tiga imam (Maliki, Hanafi, Hambali).
Sementara Imam Syafi’i hanya mau berhujjah dengan hadits mursal jika dibantu atau dilengkapi dengan salah satu ketetapan yang terkait dengannya, seperti adanya hadits yang lain atau kesepakatan sahabat. Dalam hal ini, seperti disebut di atas, ada riwayat dari Mujahid dan dari Ubaid bin Umair yang keduanya dari golongan Tabi’in, meski mereka berdua bukan sahabat.
Maksud dari kalimat فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ atau "sebaiknya mereka" dalam keterangan di atas adalah bahwa orang-orang di zaman Nabi Muhammad SAW melaksanakan hal itu, sedang Nabi sendiri tahu dan mengkonfirmasinya (mendapat ACC). (Al Hawi lil Fatawa as Syuyuti, Juz II hal 183)

sumber: klik
Read more »

Minggu, 26 Februari 2012

Rapuhnya pengikut salafi, fakta atau kehabisan masa?

Salafy Wahabi bukan saja gemar mengkafirkan orang lain di luar kelompoknya tetapi sesama Salafy saja mereka juga saling mengkafirkan..coba simak tulisan dibawah ini :

ketika saya hadir di Jalan Haji Asmawi Jakarta selatan ( tempat mankalnya salafy wahdah islamiyyah), Ustadz salafy wahdah bilang salafiyyin aliran turotsi itu hizbi antek PKS dan ikhwanul muslimin yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahanam.

ketika saya hadir ditaklim salafy yang ada di masjid hidyatusalihin poltangan pasarminggu (geng salafy sururi), ustad-ustadz nya bilang kalau salafy wahdah islamiyyah adalah khawarij umat ini.

ketika saya hadir di masjid fatahillah (salah satu salafy yamani), ustadz salafy yamaninya bilang kalau salafy sururi, salafy haroki, salafy turotsi, salafy ghuroba, salafy wahdah islamiyyah, salafy MTA, salafy persis, salafy ikhwani, salafy hadadi, salafy turoby bukanlah salafy tapi salaf-i (salafi imitasi) yang khawarij, bidah dan hizbi.

Jafar Umar Thalib (salafy ghuroba) bilang kalau Abdul Hakim Abdat ( salafy turotsi)itu ustad otodidak yang pakar hadas ( najis) bukan pakar hadis

Muhamad Umar As Seweed ( salafy yamani) bilang kalau Jafar Umar Thalib itu ahli bidah dan khawarij. bahkan komplotan as Seweed bikin buku dengan judul ” pedang tertuju di leher Jafar Umar Thalib” yang artinya Jafar Umar Thalib halal dibunuh

Abdul Hakim Abdat (salafy turotsi) bilang kalau salafy Wahdah Islamiyyah itu sesat menyesatkan dan melakukan dosa besar (hanya) dengan mendirikan yayasan/organisasi.oragnisasi adalah hizbi.

salafy Wahdah Islamiyyah bilang kalau kalau salafy Yamani dan Abdul Hakim Abdat itu salafy primitif dan terbelakang yang hanya cocok hidup di jaman puba atau pra sejarah.

pokoknya tak terhitung lagi perseteruan antar salafy. dan….ini baru kisah perseteruan antar sesama salafy, belum lagi perseteruan salafy dengan NU, Persis, Muhamadiyyah, Majelis Rasulullah, PKS, DDII, tarbiyyah, Nurul Musthofa, HTI dan banyak lagi.

ironis sekali, salafy yang mengaku-ngaku anti perpecahan, anti hizbi kok malah berperan sebagai aktor utama perpecahan umat islam.juga sebagai biang kerok kekisruhan dikalangan ahlu sunnah. salafy sendirilah penyebab dakwah salafusalihin menjadi hancur berantakan.

Ironis sekali, ustadz-usyadz salafy indonesia yang konon belajar jauh-jauh dan lama ke timur tengah, tapi ditataran basic yaitu akhlak, sangat BEJAT DAN AROGAN.

mereka tak ubahnya seperti orang dungu narsis yang tenggelam di lautan tumpukan buku-buku tebal.
yah…keledai ditengah tumpukan buku-buku tebal tetap saja keledai.

jangan halangi dakwah salaf, biarkan salafy sendiri yang menghalangi dakwah salaf.

jangan memecah belah barisan salaf, karena barisan salaf akan berpecah belah dengan sendirinya dan secara alami.

jangan hancurkan salafy, karena cukup salafy sendiri dengan kesadaran penuh dan suka cita menghancurkan dirinya sendiri.

note
Read more »

Sabtu, 04 Februari 2012

HADITS SHAHIH YANG DI-DHA'IF-KAN KAUM WAHABI

HADITS SHAHIH YANG DI-DHA'IF-KAN KAUM WAHABI

Takhrij Hadits “Ya Muhammad”

Kaum Wahabi berpandangan bahwa istighatsah dengan Nabi SAW atau orang shalih yang sudah wafat termasuk syirik akbar, murtad dan keluar dari Islam. Na’udzu billah min dzalik. Sementara kaum Muslimin sejak generasi sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya membolehkan istighatsah dengan Nabi SAW atau orang shalih yang sudah wafat. Di antara dalil yang menganjurkan dan membolehkan istighatsah adalah hadits mauquf dari Ibnu Umar RA yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad. Mengingat atsar atau hadits mauquf ini tidak menyenangkan bagi kaum Wahabi, sebagian Wahabi menolak keshahihan hadits tersebutsecara tidak ilmiah, dan bahkan sebagian mereka ada yang mengejek kitab al-Adab al-Mufrad karya al-Imam al-Bukhari. Oleh karena itu, tulisan berikut ini akan mengkaji hadits Ibnu Umar RA tersebut secara ilmiah. Al-Bukhari meriwayatkan sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه أَنَّهُ خَدِرَتْ رِجْلُهُ فَقِيْلَ لَهُ: اُذْكُرْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيْكَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ.

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, bahwa suatu ketika kaki beliau terkena mati rasa, maka salah seorang yang hadir mengatakan kepada beliau: “Sebutkanlah orang yang paling Anda cintai!” Lalu Ibnu Umar berkata: “Ya Muhammad”. Maka seketika itu kaki beliau sembuh.”

Read more »

Minggu, 22 Januari 2012

Samakah memuji Nabi dengan bernyanyi?

Nabi sendiri memperbolehkan Shohabat melantunkan syair Pujian untuk beliau kenapa ada sebagain orang yg mengatasnamakan Rosululloh mengharamkanya???

Berkata Sayyidina 'Abbas bin Abdulmuttalib ra: "Izinkan aku memujimu wahai Rasululloh.." Maka baginda Rasululloh saw menjawab: "Silahkan..,maka Alloh akan membuat bibirmu terjaga" ,maka sayyidina 'Abbas ra memuji dgn syair yg panjang,diantaranya: "Dan engkau (wahai Nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya ...dibumi hingga terang benderang,dan langit bercahaya dgn cahayamu,dan kini kami kini dlm naungan cahaya itu dan dlm tuntunan kemuliaan (Al-Qur'an) kami terus mendalaminya".
(Mustadrak ' ala shahihain hadits no. 5417).

Dari fakta ini terlihat bahwa Nabi tdk gegabah memvonis seseorang sesat atau amalannya tertolak hanya lantaran tdk pernah dicontohkan beliau. Jelas Nabi kita yg mulia bukanlah seorang narsis yg gila pengakuan apalagi penghormatan,akan tetapi beliau juga adalah manusia yg pandai memperlakukan orang yg mencintainya.

Hasan Bin Tsabit ra membaca syair diMasjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra,lalu Hasan berkata: "Aku sudah baca syair nasidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar, (yaitu Nabi saw),lalu Hasan berpaling pd Abu Hurairah ra dan berkata: "Bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dgn doa: Wahai Alloh bantulah ia dgn Rohulqudus?,lalu Abu Hurairah berkata: " Betul ". (shahih Bukhari hadits no. 3040. shahih Muslim hadits no. 2485)

Abdullah bin Umar ra:

الشِّعْرُ بِمَنْزِلَةِ الْكَلَامِ حَسَنُهُ كَحَسَنِ الْكَلَامِ وَقَبِيحُهُ كَقَبِيحِ الْكَلَامِ

"Syair lagu laksana sebuah kalam. Syair yang baik sama dengan kalam yang baik, syair yang jelek sama dengan kalam yang jelek".
Mbah Jenggot II

Read more »

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.